MANUSIA SEUTUHNYA
1.
Menjelaskan
manusia seutuhnya itu seperti apa? (dengan ketiga potensi yang dimilikinya)
Menurut
saya, manusia seutuhnya adalah manusia yang memiliki ketiga potensi, baik akal,
jasmani maupun kerohanian yang seimbang. Mengapa demikian? Karena dengan
seimbangnya ketiga potensi tersebut, seorang manusia akan menjadi manusia
seutuhnya yang tidak timpang. Sebagai contoh, jika ada seseorang yang hanya
maksimal pada potensi akal dan jasmani saja tanpa didukung potensi kerohanian,
maka bisa dibayangkan karakter yang nantinya terbentuk dalam pribadi orang
tersebut seperti apa. Orang-orang Indonesia banyak yang pandai. Namun, karena
tidak dibekali dengan potensi kerohanian yang maksimal, maka kepandaian yang ia
miliki dapat disalahgunakan menuju ke hal-hal yang bertentangan dengan
pemahaman agama. Kalau saja orang tersebut memiliki pemahaman agama yang baik,
maka tentu saja orang itu akan berpikir panjang untuk melakukan sesuatu hal dan
akan terbayang akan akibat-akibat yang ditimbulkan jika ia melakukan perbuatan
tersebut sesuai dengan yang diajarkan oleh agama mereka masing-masing. Begitu
pula sebaliknya, jika manusia hanya memiliki salah satu atau dua dari
masing-masing potensi tadi, hal itu tidak dapat menjadikan seorang manusia
menjadi manusia seutuhnya. Oleh karena itu, ketiga potensi manusia tadi, baik
potensi akal, jasmani maupun rohani harus dimaksimalkan, tidak timpang atau
cenderung maksimal kepada satu atau beberapa potensi.
2. Tulis
trik-trik untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain!
Berikut ini adalah lima kriteria yang bisa kita mulai dan
sekaligus mencatatkan diri kita dalam golongan orang yang bermanfaat bagi orang
lain.
a.
Membantu
orang yang membutuhkan.
Agar kita dapat menjadi orang
yang bermanfaat bagi orang lain, kita harus menolong sesama kita yang
membutuhkan. Karena dengan menolong mereka, beban orang tersebut akan berkurang
bahkan hilang dan menjadikan kita orang yang bermanfaat bagi orang lain.
b.
Meringankan
beban orang yang lemah.
Selain itu, kita juga wajib
untuk meringankan beban orang-orang yang lemah dan yang membutuhkan bantuan.
Seperti contoh, kita dapat memberikan sedikit dari harta yang kita miliki untuk
orang-orang yang membutuhkan, memberikan bantuan kepada korban bencana alam,
memberi sedekah kepada fakir miskin, dan tidak menginjak-injak orang miskin
atau orang yang lemah.
c.
Menghibur
orang yang kena musibah.
Kita juga wajib untuk
menghibur orang yang terkena musibah, bukannya malah bersikap acuh tak acuh
terhadap mereka. Kita harus menolong dan menghibur mereka agar beban yang
mereka rasakan dapat berkurang.
d.
Memperhatikan
kebutuhan orang.
Untuk menjadi orang yang
bermanfaat bagi orang lain, kita juga patut memperhatikan apa yang menjadi
kebutuhan orang lain. Karena dengan begitu, kita dapat meringankan beban
mereka.
e.
Bergabung
dalam kegiatan social.
Hal ini tentu saja juga
penting untuk melibatkan diri kita menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang
lain. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial, kita akan dengan mudah
membantu sesama kita yang sangat membutuhkan bantuan, semangat, bahkan hiburan.
Dengan wadah seperti ini, kita akan dengan mudah menyalurkan bantuan yang dapat
kita berikan, dan dengan demikian, kita menjadi orang yang bermanfaat bagi
orang lain.
3. Cara
membentuk intelektual, emosional, dan spiritual!
Manusia
adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Artinya, bahwa manusia akan terus
berubah seiring dengan bertambahnnya usia. Pertumbuhan dan perkembangan manusia
tersebut tentunya akan memberikan dampak dan pengaruh yang signifikan terhadap
kematangan koginitif, afektif, dan psikomotoriknya. Atau dalam istilah Ary
Ginanjar, kecerdasan intelektual, emosional dan spiritualnya.
Secara
garis besar, pertumbuhan dan perkembangan manusia selamanya akan terus berjalan
dengan lancar seiring dengan bertambahnya usia. Berikut adalah penjelasan
mengenai bagaimana cara untuk membentuk intelektual, emosional dan juga
spiritual:
a.
Perkembangan Intelektual
Masa perkembangan dewasa muda (young
adulthood] ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran
yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi).
Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan).
Karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan
kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan
akan selalu ditempuh dan diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan
meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain.
Ketika memasuki masa dewasa muda,
biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan
keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan
mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya
inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas
mentalnya.
Menurut seorang ahli perkembangan
kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari Papalia, Olds, dan Feldman,
2001), ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal berikut
ini.
a. Shifting gears.
Yang dimaksud dengan shifting
gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran abstrak (abstracts reasoning)
dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu
melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu menjelaskan dan menjabarkan
hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis yang dapat
diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan ungkap-an seperti, “This
might work on paper but not in real life”.
b. Multiple causality, multiple solutions.
Seorang individu mampu memahami
suatu masalah yang tidak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor (multiple
factors). Karena itu, untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan kemampuan
berpikir untuk mencari berbagai alternatif solusi (divergent thinking). Dengan
demikian, seorang individu tidak berpikir kaku (rigid thinking] pada
satu jenis penyelesaian saja. Oleh karena itu, masa ini dikenal dengan istilah,
“Let’s try it your way, if that doesn’t work, we can try my way”.
c. Pragmatism.
Orang yang berpikir postformal
biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia mampu menyadari dan memilih beberapa
solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. Pemikiran praktis yang
dilahirkan dalam memecahkan suatu masalah pada tahap ini harus benar-benar
mengenai sasaran (goal oriented). Namun, dalam hal ini, individu dapat
menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesaian masalah bagi tiap
orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat
untuk masa pragmatisme ini adalah, “If you want the most practical solution,
do this. If you want the quickest solution, do that”.
d. Awareness of paradox.
Seorang yang memasuki masa postformal
benar-benar menyadari bahwa sering kali ia menemukan hal-hal yang bersifat
paradoks (kontradiktif) dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan
suatu masalah. Yang dimaksud paradoks (kontradiktif) adalah penyelesaian suatu
masalah akan dihadapkan suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal
dari masalah tersebut Bila ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut
akan memberi dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain.
Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin
akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugikan
diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu,
dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus
melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan, “Doing
this will give him what he wants, but it will only make kirn unhappy in the
end”.
Terkait dengan intelektual itu
sendiri, terdapat tipe-tipe tertentu.
Adapun
tipe-Tipe tersebut adalah:
Pertama, Inteligensi kristal adalah
fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu, dipengaruhi
berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia
pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal
comprehensive), penalaran berhitung angka (numerical skills), dan
penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi, keterampilan kognitif
merupakan akumulasi dari pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan
pendidikan formal ataupun nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran
intelektualnya cenderung bersifat teoretis-praktis (text book thinking).
Kedua, Fleksibilitas
kognitif adalah kemampuan individu memasuki dan menyesuaikan diri dari
pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami
melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan
lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi).
Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin akan ditahan
terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok
untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan
rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan,
atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang
mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
Ketiga, fleksibilitas Visuamotor adalah
kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke hal yang lebih
sulit,yang memerlukan aspek kemampuan visual/motorik(penglihatan,pengamatan,dan
keterampilan tangan)
Keempat, Visualisasi, yaitu kemampuan individu untuk
melakukan proses visual. Misalnya, bagaimana individu memahami gambar-gambar
yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
b.
Perkembangan Emosional
Papalia, Olds, dan Feldman (1998;
2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa
ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun.
Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda
yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya
minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas.
Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan,
umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi.
Dari sini, mereka mempersiapkan
dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah
tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah
positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki
kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus
dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan
sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat
menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka
juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam
keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua
ataupun saudara-saudara.
Dalam kaitannya dengan kecerdasan
emosional, Sesungguhnya otak sangat juga mempengaruhi dalam emosi orang dewasa,
yang mana ada komponen-komponen otak yang berperan dalam pembentukan emosi
seseorang, yaitu antara lain:
1.
Kortex
a.
Memberi makna apa yg kita serap
b.
Mengatur fungsi penglihatan,memori jangka panjang
c.
Bagian ini membuat kita memiliki perasaan akan perasaan kita
sendiri,memahami,menganali sis mengapa punya perasaan
tertentu.
2. Hippocampus
a.
Tempat proses pembelajaran, disimpannya emosi
b.
Pemicu bagi reaksi emosi Amigdala
3.
Amigdala
a.
Pusat pengendali emosi
b.
Pemicu reaksi
c.
Perkembangan Spiritual
Di usia dewasa seseorang sudah
menemukan agama yang tepat baginya, itu karena pada usia remaja kebanyakan dari
mereka mencari dan selalu bertanya-tanya tentang agma yang dianutnya. Dengan
bertanya-tanya dan mencari kebenaran itu pada masa dewasa mereka sudah
mengetahui tentang apa yang harus mereka putuskan dalam beragama. Mereka sudah
dapat menjawab keragu-raguan yang ada di benak mereka ketika mereka masih
remaja tentang agama atau kepercayaannya. Di usia dewasa mereka sudah memiliki
pegangan hidup yang di dasarkan pada agama yang dapat memberikan kepuasan
baginya.
Apabila di masa ini mereka telah
berkeluarga mereka akan lebih memperhatikan agama mereka karena mereka merasa
telah memiliki tanggung jawab yang lebih. Mereka telah menjadi istri atau
bahkan telah menjadi ibu bagi anak-anak mereka, mereka merasa memiliki tanggung
jawab untuk memberikan didikan moral kapada anak-anaknya sesuai dengan agama
yang dianut. Oleh karena itu, pada masa dewasa biasanya orang berusaha untuk
membiasakan beribadah dan melaksanakan praktek-praktek agama yang dianutnya.
Terdapat beberapa faktor yang
Mempengaruhi Minat Keagamaan pada Masa Dewasa, yaitu:
- Pasangan dari
iman yang berbeda
Pasangan yang berbeda keyakinan
cenderung kurang aktif dalam urusan agama daripada pasangan yang seiman atau
satu keyakinan.
- Kecemasan akan
kematian
Orang-orang dewasa yang cemas akan
kematian atau mereka yang sangat memikirkan kematian cenderung lebih
memperhatikan agama daripada orang yang tidak memikirkannya, oleh karena itu
dalam agama Islam dianjurkan untuk selalu mengingat kematian.
- Lokasi tempat
tinggal
Orang yang tinggal di lingkungan
yang agamanya kuat akan lebih memperhatikan agama dan rajin beribadah, agamanya
cenderung lebih kuat [apabila agama yang dianut sama].
- Latar belakang
keluarga
Orang yang dilahirkan dari
keluarga yang baik-baik dan kuat agamanya akan lebih tertarik pada agama
daripada yang tidak.
Secara sederhana menjadi
manusia seutuhnya didefinisikan sebagai memiliki life balance, sebuah kehidupan
yang seimbang dan harmonis di ke-empat area kehidupan : yaitu kehidupan
pribadi, kehidupan kerja atau professional, kehidupan keluarga dan kehidupan
sosial.
Dan ada empat kebutuhan dasar
yang juga sekaligus merupakan indikator tingkat keberhasilan dari setiap area
kehidupan, yaitu kebutuhan tingkat fisik, mental, sosial dan spiritual.
Pada umumnya setiap proses
kerja di mulai dari tingkat paling bawah, yaitu tingkat fisik. Hal-hal yang
difokuskan pada tingkat fisik berupa: uang, waktu, tenaga. Hasil yang didapat
pada tingkat fisik berbentuk materi. Jika ukuran keberhasilan dalam pekerjaan
hanya menggunakan ukuran fisik atau materi, keberhasilan akan sangat terbatas.
Tingkat keberhasilan yang
lebih tinggi diukur pada tingkat mental (peningkatan pengetahuan yang
significant), sosial (membangun kerjasama sinergistik di dalam team) dan tingkatan yang tertinggi yaitu tingkat spiritual
(mencapai kesuksesan bersama dan memberikan manfaat bagi banyak orang – dalam
jangka panjang).
Berdasarkan empat tingkat kebutuhan di atas, Steven Covey dalam bukunya
Building a Highly Effective Family membagi sukses dalam tiga tingkatan, yaitu :
1. Survival – keberhasilan tingkat fisik.
2. Success – keberhasilan tingkat fisik,
mental & sosial.
3. Significant – keberhasilan di keempat
tingkat : fisik, mental, sosial & spiritual.
Bill Gates
pemilik Microsoft yang merupakan orang terkaya di dunia saat ini menyatakan:
‘jika saya bekerja untuk uang, maka saya telah pensiun dua puluh tahun yang
lalu’.
Dengan
pembahasan di atas Menjadi Manusia Seutuhnya dicapai melalui Kehidupan yang
Seimbang dan Harmonis. Hal ini dapat tercapai dengan menciptakan tujuan (GOAL)
di masing-masing area kehidupan dan di keempat tingkat kebutuhan, dengan
membuat rencana (PLAN) dan mengatur aktifitas kehidupan sehari-hari (PROGRAM)
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Salah satu
faktor pendorong yang penting adalah:
1.
Percaya diri (Believe in Yourself)
2.
Laksanakan rencana-rencana untuk mencapai
sasaran (Execute your Goals).
3.
Dan laksanakan dengan sepenuh hati
(Transform your Energy)
Rhonda Byrne
dalam The Secret menambahkan bahwa cara kita membuat keinginan dan rencana
(ask), keyakinan bahwa yang kita inginkan akan tercapai (believe) dan bersyukur
seolah-olah yang diinginkan telah tercapai (receive) akan membantu tercapainya
tujuan-tujuan tersebut.
Untuk menjadi
Manusia Seutuhnya kita hanya perlu fokus untuk merubah satu orang, yaitu diri
sendiri. Belajar untuk terus berubah dan memperbaiki diri.
Ada satu cerita
menarik sebagai penutup sebagai berikut:
Beberapa hari
ini semua media memberitakan kematian Michael Jackson, berbagai media dunia
menyatakan bahwa inilah berita kematian terbesar dalam sejarah, sejajar dengan
kematian Lady Diana dan Ibu Teresa.
Pertanyaannya
adalah, apa yang sama antara Michael Jackson, Lady Di dan Ibu Teresa? Kita
melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang telah membuat ‘maha karya’ dan
berhasil mencapai tujuan-tujuan hidup mereka. Lady Di dan Ibu Teresa
menginspirasi dengan program-program kemanusiaan, dan Michael Jackson dengan
lagu dan musik yang menginspirasi dan menjadi idola bagi para penggemarnya.
Dalam lagunya
yang dirilis tahun 1988, “Man in the Mirror”, Michael Jackson menyanyikan:
If you wanna Make the
World a Better Place,
Take a Look at
Yourself, and Then Make a Change.
(Jika Anda ingin Membuat Dunia Menjadi
Tempat yang Lebih Baik,
Lihatlah ke dalam Diri Anda, dan Buat Perubahan)
Lihatlah ke dalam Diri Anda, dan Buat Perubahan)
Mari kita lihat
ke dalam diri kita dan buat perubahan. Mari menjadi insan yang lebih baik,
menjadi Manusia Seutuhnya.
MANUSIA SEUTUHNYA
Manusia adalah
makhluk hidup yang paling sempurna yang pernah diciptakan TUHAN Yang Maha Esa.
Manusia diberikan kecerdasan dan akal yang berguna untuk menjalani hidup dan
peradaban dengan segala sesuatunya agar mencapai apa yang manusia tersebut
inginkan.
Disini saya coba memaparkan tentang bagaimana
seharusnya manusia menjadi Manusia Seutuhnya.
Aspek-aspek yang harus dipenuhi agar dapat menjadi Manusia
Seutuhnya :
AKAL
Kita semua tahu bahwa manusia diberikan akal untuk
berpikir untuk bersikap, memahami, mencari solusi dari permasalahan yang
ditemuinya agar dapat hidup dengan baik dan damai. Dengan akal pula manusia
dibedakan dengan makhluk hidup lainnya.
Penting bahwa manusia harus menggunakan akal yang
telah diberikan secara maksimal agar kelak dapat menjadi manusia seutuhnya.
KECERDASAN
Kecerdasan adalah
hal yang umum dan meluas.
Kita tahu bahwa banyak macam-macam dari kecerdasan. Kecerdasan
adalah turunan dari AKAL. Kecerdasan ini digunakan manusia untuk
menciptakan atau memodofikasi hal apapun yang dapat membantu Manusia menjalani
hidupnya
JASMANI Dan ROHANI
Jasmani yang berarti FISIK, dan ROHANI yang berupa
HUBUNGAN antara MANUSIA dan PENCIPTANYA.
Jasmani dan Rohani saling berkaitan satu sama lain. Manusia
Seutuhnya membutuhkan dua aspek ini karena erat kaitannya untuk kehidupan
didunia maupun kelak di Akhirat nanti.
Kesimpulan:
Dari aspek-aspek diatas saya simpulkan, sesungguhnya
hal mendasar yang sangat penting agar kita sebagai manusia dapat menjadi Manusia
Seutuhnya adalah aspek terkahir, yaitu Jasmani Dan Rohani. Jika kita
dapat menjalankan dan menerapkan aspek tersebut, kelak kita sebagai manusia
dapat mem