Jumat, 28 Oktober 2011

MANUSIA SEUTUHNYA


MANUSIA SEUTUHNYA


1.    Menjelaskan manusia seutuhnya itu seperti apa? (dengan ketiga potensi yang dimilikinya)
Menurut saya, manusia seutuhnya adalah manusia yang memiliki ketiga potensi, baik akal, jasmani maupun kerohanian yang seimbang. Mengapa demikian? Karena dengan seimbangnya ketiga potensi tersebut, seorang manusia akan menjadi manusia seutuhnya yang tidak timpang. Sebagai contoh, jika ada seseorang yang hanya maksimal pada potensi akal dan jasmani saja tanpa didukung potensi kerohanian, maka bisa dibayangkan karakter yang nantinya terbentuk dalam pribadi orang tersebut seperti apa. Orang-orang Indonesia banyak yang pandai. Namun, karena tidak dibekali dengan potensi kerohanian yang maksimal, maka kepandaian yang ia miliki dapat disalahgunakan menuju ke hal-hal yang bertentangan dengan pemahaman agama. Kalau saja orang tersebut memiliki pemahaman agama yang baik, maka tentu saja orang itu akan berpikir panjang untuk melakukan sesuatu hal dan akan terbayang akan akibat-akibat yang ditimbulkan jika ia melakukan perbuatan tersebut sesuai dengan yang diajarkan oleh agama mereka masing-masing. Begitu pula sebaliknya, jika manusia hanya memiliki salah satu atau dua dari masing-masing potensi tadi, hal itu tidak dapat menjadikan seorang manusia menjadi manusia seutuhnya. Oleh karena itu, ketiga potensi manusia tadi, baik potensi akal, jasmani maupun rohani harus dimaksimalkan, tidak timpang atau cenderung maksimal kepada satu atau beberapa potensi.

2.      Tulis trik-trik untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain!
Berikut ini adalah lima kriteria yang bisa kita mulai dan sekaligus mencatatkan diri kita dalam golongan orang yang bermanfaat bagi orang lain.
a.        Membantu orang yang membutuhkan.
Agar kita dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, kita harus menolong sesama kita yang membutuhkan. Karena dengan menolong mereka, beban orang tersebut akan berkurang bahkan hilang dan menjadikan kita orang yang bermanfaat bagi orang lain.

b.        Meringankan beban orang yang lemah.
Selain itu, kita juga wajib untuk meringankan beban orang-orang yang lemah dan yang membutuhkan bantuan. Seperti contoh, kita dapat memberikan sedikit dari harta yang kita miliki untuk orang-orang yang membutuhkan, memberikan bantuan kepada korban bencana alam, memberi sedekah kepada fakir miskin, dan tidak menginjak-injak orang miskin atau orang yang lemah.

c.         Menghibur orang yang kena musibah.
Kita juga wajib untuk menghibur orang yang terkena musibah, bukannya malah bersikap acuh tak acuh terhadap mereka. Kita harus menolong dan menghibur mereka agar beban yang mereka rasakan dapat berkurang.

d.        Memperhatikan kebutuhan orang.
Untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, kita juga patut memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan orang lain. Karena dengan begitu, kita dapat meringankan beban mereka.

e.        Bergabung dalam kegiatan social.
Hal ini tentu saja juga penting untuk melibatkan diri kita menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial, kita akan dengan mudah membantu sesama kita yang sangat membutuhkan bantuan, semangat, bahkan hiburan. Dengan wadah seperti ini, kita akan dengan mudah menyalurkan bantuan yang dapat kita berikan, dan dengan demikian, kita menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

3.  Cara membentuk intelektual, emosional, dan spiritual!
Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Artinya, bahwa manusia akan terus berubah seiring dengan bertambahnnya usia. Pertumbuhan dan perkembangan manusia tersebut tentunya akan memberikan dampak dan pengaruh yang signifikan terhadap kematangan koginitif, afektif, dan psikomotoriknya. Atau dalam istilah Ary Ginanjar, kecerdasan intelektual, emosional dan spiritualnya.
Secara garis besar, pertumbuhan dan perkembangan manusia selamanya akan terus berjalan dengan lancar seiring dengan bertambahnya usia. Berikut adalah penjelasan mengenai bagaimana cara untuk membentuk intelektual, emosional dan juga spiritual:
a.        Perkembangan Intelektual
Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain.

Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya.

Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal berikut ini.
a. Shifting gears. 
Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran abstrak (abstracts rea­soning) dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu menjelaskan dan menjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan ungkap-an seperti, “This might work on paper but not in real life”.

b. Multiple causality, multiple solutions. 
Seorang individu mampu memahami suatu masalah yang tidak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor (multiple factors). Karena itu, untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai alternatif solusi (divergent think­ing). Dengan demikian, seorang individu tidak berpikir kaku (rigid thinking] pada satu jenis penyelesaian saja. Oleh karena itu, masa ini dikenal dengan istilah, “Let’s try it your way, if that doesn’t work, we can try my way”. 

c. Pragmatism. 
Orang yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecah­kan suatu masalah pada tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Namun, dalam hal ini, individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesaian masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat untuk masa pragmatisme ini adalah, “If you want the most practical solu­tion, do this. If you want the quickest solution, do that”. 

d. Awareness of paradox.
Seorang yang memasuki masa postformal benar-benar menyadari bahwa sering kali ia menemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks (kontradiktif) adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugi­kan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan, “Doing this will give him what he wants, but it will only make kirn unhappy in the end”.

Terkait dengan intelektual itu sendiri, terdapat tipe-tipe tertentu.
Adapun tipe-Tipe tersebut adalah:

Pertama, Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal comprehensive), penalaran berhitung angka (numerical skills), dan penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan akumulasi dari pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan pendidikan formal ataupun nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung bersifat teoretis-praktis (text book thinking).

Kedua, Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu me­masuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

Ketiga, fleksibilitas Visuamotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit,yang memerlukan aspek kemampuan visual/motorik(penglihatan,pengamatan,dan keterampilan tangan)

Keempat, Visualisasi, yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual. Misalnya, bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.

b.        Perkembangan Emosional
Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah me­nyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi.

Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudara.
Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, Sesungguhnya otak sangat juga mempengaruhi dalam emosi orang dewasa, yang mana ada komponen-komponen otak yang berperan dalam pembentukan emosi seseorang, yaitu antara lain:
1. Kortex
a.       Memberi makna apa yg  kita serap
b.      Mengatur fungsi penglihatan,memori jangka panjang
c.       Bagian ini membuat kita memiliki perasaan akan perasaan kita           sendiri,memahami,menganali  sis mengapa punya perasaan    tertentu.

2. Hippocampus
a.       Tempat proses pembelajaran, disimpannya emosi
b.      Pemicu bagi reaksi emosi Amigdala

3. Amigdala
a.       Pusat pengendali emosi
b.      Pemicu reaksi

c.         Perkembangan Spiritual
Di usia dewasa seseorang sudah menemukan agama yang tepat baginya, itu karena pada usia remaja kebanyakan dari mereka mencari dan selalu bertanya-tanya tentang agma yang dianutnya. Dengan bertanya-tanya dan mencari kebenaran itu pada masa dewasa mereka sudah mengetahui tentang apa yang harus mereka putuskan dalam beragama. Mereka sudah dapat menjawab keragu-raguan yang ada di benak mereka ketika mereka masih remaja tentang agama atau kepercayaannya. Di usia dewasa mereka sudah memiliki pegangan hidup yang di dasarkan pada agama yang dapat memberikan kepuasan baginya.

Apabila di masa ini mereka telah berkeluarga mereka akan lebih memperhatikan agama mereka karena mereka merasa telah memiliki tanggung jawab yang lebih. Mereka telah menjadi istri atau bahkan telah menjadi ibu bagi anak-anak mereka, mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan didikan moral kapada anak-anaknya sesuai dengan agama yang dianut. Oleh karena itu, pada masa dewasa biasanya orang berusaha untuk membiasakan beribadah dan melaksanakan praktek-praktek agama yang dianutnya.

Terdapat beberapa faktor yang Mempengaruhi Minat Keagamaan pada Masa Dewasa, yaitu:
-       Pasangan dari iman yang berbeda
Pasangan yang berbeda keyakinan cenderung kurang aktif dalam urusan agama daripada pasangan yang seiman atau satu keyakinan.

-       Kecemasan akan kematian
Orang-orang dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang sangat memikirkan kematian cenderung lebih memperhatikan agama daripada orang yang tidak memikirkannya, oleh karena itu dalam agama Islam dianjurkan untuk selalu mengingat kematian.

-       Lokasi tempat tinggal
Orang yang tinggal di lingkungan yang agamanya kuat akan lebih memperhatikan agama dan rajin beribadah, agamanya cenderung lebih kuat [apabila agama yang dianut sama].

-       Latar belakang keluarga
Orang yang dilahirkan dari keluarga yang baik-baik dan kuat agamanya akan lebih tertarik pada agama daripada yang tidak.

Secara sederhana menjadi manusia seutuhnya didefinisikan sebagai memiliki life balance, sebuah kehidupan yang seimbang dan harmonis di ke-empat area kehidupan : yaitu kehidupan pribadi, kehidupan kerja atau professional, kehidupan keluarga dan kehidupan sosial.

Dan ada empat kebutuhan dasar yang juga sekaligus merupakan indikator tingkat keberhasilan dari setiap area kehidupan, yaitu kebutuhan tingkat fisik, mental, sosial dan spiritual.
Pada umumnya setiap proses kerja di mulai dari tingkat paling bawah, yaitu tingkat fisik. Hal-hal yang difokuskan pada tingkat fisik berupa: uang, waktu, tenaga. Hasil yang didapat pada tingkat fisik berbentuk materi. Jika ukuran keberhasilan dalam pekerjaan hanya menggunakan ukuran fisik atau materi, keberhasilan akan sangat terbatas.

Tingkat keberhasilan yang lebih tinggi diukur pada tingkat mental (peningkatan pengetahuan yang significant), sosial (membangun kerjasama sinergistik di dalam team) dan tingkatan yang tertinggi yaitu tingkat spiritual (mencapai kesuksesan bersama dan memberikan manfaat bagi banyak orang – dalam jangka panjang).

Berdasarkan empat tingkat kebutuhan di atas, Steven Covey dalam bukunya Building a Highly Effective Family membagi sukses dalam tiga tingkatan, yaitu :
1.    Survival keberhasilan tingkat fisik.
2.    Success – keberhasilan tingkat fisik, mental & sosial.
3.    Significant – keberhasilan di keempat tingkat : fisik, mental, sosial & spiritual.

Bill Gates pemilik Microsoft yang merupakan orang terkaya di dunia saat ini menyatakan: ‘jika saya bekerja untuk uang, maka saya telah pensiun dua puluh tahun yang lalu’.
Dengan pembahasan di atas Menjadi Manusia Seutuhnya dicapai melalui Kehidupan yang Seimbang dan Harmonis. Hal ini dapat tercapai dengan menciptakan tujuan (GOAL) di masing-masing area kehidupan dan di keempat tingkat kebutuhan, dengan membuat rencana (PLAN) dan mengatur aktifitas kehidupan sehari-hari (PROGRAM) untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Salah satu faktor pendorong yang penting adalah:
1.        Percaya diri (Believe in Yourself)
2.        Laksanakan rencana-rencana untuk mencapai sasaran (Execute your Goals).
3.        Dan laksanakan dengan sepenuh hati (Transform your Energy)

Rhonda Byrne dalam The Secret menambahkan bahwa cara kita membuat keinginan dan rencana (ask), keyakinan bahwa yang kita inginkan akan tercapai (believe) dan bersyukur seolah-olah yang diinginkan telah tercapai (receive) akan membantu tercapainya tujuan-tujuan tersebut.
Untuk menjadi Manusia Seutuhnya kita hanya perlu fokus untuk merubah satu orang, yaitu diri sendiri. Belajar untuk terus berubah dan memperbaiki diri.

Ada satu cerita menarik sebagai penutup sebagai berikut:
Beberapa hari ini semua media memberitakan kematian Michael Jackson, berbagai media dunia menyatakan bahwa inilah berita kematian terbesar dalam sejarah, sejajar dengan kematian Lady Diana dan Ibu Teresa.
Pertanyaannya adalah, apa yang sama antara Michael Jackson, Lady Di dan Ibu Teresa? Kita melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang telah membuat ‘maha karya’ dan berhasil mencapai tujuan-tujuan hidup mereka. Lady Di dan Ibu Teresa menginspirasi dengan program-program kemanusiaan, dan Michael Jackson dengan lagu dan musik yang menginspirasi dan menjadi idola bagi para penggemarnya.
Dalam lagunya yang dirilis tahun 1988, “Man in the Mirror”, Michael Jackson menyanyikan:

If you wanna Make the World a Better Place,
Take a Look at Yourself, and Then Make a Change.

(Jika Anda ingin Membuat Dunia Menjadi Tempat yang Lebih Baik,
Lihatlah ke dalam Diri Anda, dan Buat Perubahan)

Mari kita lihat ke dalam diri kita dan buat perubahan. Mari menjadi insan yang lebih baik, menjadi Manusia Seutuhnya.
MANUSIA SEUTUHNYA
Manusia adalah makhluk hidup yang paling sempurna yang pernah diciptakan TUHAN Yang Maha Esa. Manusia diberikan kecerdasan dan akal yang berguna untuk menjalani hidup dan peradaban dengan segala sesuatunya agar mencapai apa yang manusia tersebut inginkan.
Disini saya coba memaparkan tentang bagaimana seharusnya manusia menjadi Manusia Seutuhnya.
Aspek-aspek yang harus dipenuhi agar dapat menjadi Manusia Seutuhnya :

AKAL
Kita semua tahu bahwa manusia diberikan akal untuk berpikir untuk bersikap, memahami, mencari solusi dari permasalahan yang ditemuinya agar dapat hidup dengan baik dan damai. Dengan akal pula manusia dibedakan dengan makhluk hidup lainnya.
Penting bahwa manusia harus menggunakan akal yang telah diberikan secara maksimal agar kelak dapat menjadi manusia seutuhnya.

KECERDASAN
Kecerdasan adalah hal yang umum dan meluas.
Kita tahu bahwa banyak macam-macam dari kecerdasan. Kecerdasan adalah turunan dari AKAL. Kecerdasan ini digunakan manusia untuk menciptakan atau memodofikasi hal apapun yang dapat membantu Manusia menjalani hidupnya

JASMANI Dan ROHANI
Jasmani yang berarti FISIK, dan ROHANI yang berupa HUBUNGAN antara MANUSIA dan PENCIPTANYA.
Jasmani dan Rohani saling berkaitan satu sama lain. Manusia Seutuhnya membutuhkan dua aspek ini karena erat kaitannya untuk kehidupan didunia maupun kelak di Akhirat nanti.

Kesimpulan:
Dari aspek-aspek diatas saya simpulkan, sesungguhnya hal mendasar yang sangat penting agar kita sebagai manusia dapat menjadi Manusia Seutuhnya adalah aspek terkahir, yaitu Jasmani Dan Rohani. Jika kita dapat menjalankan dan menerapkan aspek tersebut, kelak kita sebagai manusia dapat mem